Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan. Namun, harga bahan pakan konvensional seperti jagung, bungkil kedelai, maupun tepung ikan semakin meningkat, sementara persaingan dengan kebutuhan pangan manusia juga makin ketat. Oleh karena itu, diperlukan sumber pakan alternatif yang berkelanjutan, murah, dan ramah lingkungan. Salah satu inovasi yang kini mendapat perhatian global adalah pemanfaatan serangga sebagai bahan pakan alternatif.
Mengapa Serangga?
Serangga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bahan pakan tradisional:
-
Kaya Protein – Kandungan protein serangga berkisar 40–70%, hampir setara bahkan lebih tinggi dari tepung ikan.
-
Sumber Lemak Berkualitas – Mengandung asam lemak esensial yang baik untuk pertumbuhan ternak.
-
Cepat Berkembang Biak – Siklus hidup serangga singkat sehingga produksinya bisa berkelanjutan.
-
Ramah Lingkungan – Serangga dapat dibudidayakan dengan memanfaatkan limbah organik rumah tangga atau pertanian.
-
Efisiensi Lahan & Air – Budidaya serangga membutuhkan lahan dan air jauh lebih sedikit dibanding kedelai atau jagung.
Jenis Serangga yang Potensial untuk Pakan
-
Larva Black Soldier Fly (BSF / Hermetia illucens)
-
Populer di banyak negara.
-
Kandungan protein 40–45%, lemak 25–30%.
-
Cocok untuk unggas, ikan, dan hewan ternak lainnya.
-
-
Ulat Hongkong (Tenebrio molitor)
-
Tinggi protein dan mudah dibudidayakan.
-
Banyak digunakan pada unggas hias, ikan, serta reptil.
-
-
Jangkrik (Gryllus sp.)
-
Mengandung protein 60–70%.
-
Potensial sebagai pakan unggas dan ikan.
-
-
Belalang & Laron
-
Digunakan secara tradisional di berbagai daerah sebagai pakan unggas.
-
Manfaat bagi Peternakan
-
Unggas: Meningkatkan pertumbuhan ayam pedaging, memperbaiki kualitas telur, dan mempercepat bobot panen.
-
Perikanan: Menjadi substitusi tepung ikan sehingga biaya produksi lebih rendah.
-
Ternak Ruminansia: Serangga kering dapat diolah menjadi tepung protein tambahan untuk pakan sapi, kambing, atau domba.
Tantangan dan Prospek
Meski potensial, pemanfaatan serangga masih menghadapi beberapa kendala:
-
Regulasi keamanan pangan pakan (feed safety) yang masih terbatas di beberapa negara.
-
Skala produksi belum merata, terutama di negara berkembang.
-
Persepsi peternak yang masih ragu terhadap keamanannya.
Namun, dengan meningkatnya penelitian dan dukungan kebijakan, prospek pakan berbasis serangga sangat menjanjikan. Di Eropa, Afrika, dan Asia, sudah banyak startup yang fokus mengembangkan budidaya BSF sebagai industri pakan massal.
Beberapa jenis serangga yang populer digunakan sebagai pakan antara lain larva Black Soldier Fly (BSF), jangkrik, ulat hongkong, dan belalang. Di antara jenis tersebut, belalang memiliki potensi besar karena ketersediaannya melimpah di alam Indonesia serta kandungan proteinnya yang tinggi.
Belalang memiliki kandungan gizi yang sangat baik untuk pakan ternak:
-
Protein kasar: 40–60%
-
Lemak: 8–15%
-
Serat kasar: 7–10%
-
Mengandung asam amino esensial, vitamin, dan mineral penting.
Kandungan ini menjadikan belalang sangat cocok dijadikan pakan untuk unggas (ayam, itik, puyuh), ikan, maupun reptil.
-
Mudah didapatkan – Belalang sangat melimpah di daerah pedesaan, sawah, dan perkebunan.
-
Ramah lingkungan – Budidaya belalang membutuhkan lahan kecil dan minim limbah.
-
Murah – Bisa dikembangkan dari tangkapan alam dan dikembangbiakkan sendiri.
-
Disukai ternak – Hewan ternak cenderung sangat lahap memakan belalang.
Pemanfaatan belalang sebagai pakan alternatif merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada pakan impor dan bahan baku mahal. Dengan potensi alam Indonesia yang kaya, beternak belalang bisa menjadi solusi berkelanjutan bagi peternak kecil maupun industri besar. Selain meningkatkan efisiensi biaya, langkah ini juga mendukung peternakan ramah lingkungan dan berdaya saing tinggi.